Prof Dr Suharso

  • Informasi Awal

  • TRIBUNNEWSWIKI.COM - Prof. Dr. Suharso merupakan seorang pahlawan nasional Indonesia, dokter ahli bedah, serta pendiri Pusat Rehabilitasi Profesor Dokter Suharso yang menjadi tempat perawatan penderita cacat jasmani.

    Prof. Dr. Suharso dilahirkan di Ampel, Boyolali, Jawa Tengah, pada 13 Mei 1912.

    Ia juga turut berperan dalam rehabilitasi orang-orang yang terluka selama Revolusi Nasional Indonesia.

    Selain mendirikan pusat rehabilitas, Suharso juga pernah mendirikan bengkel pembuatan kaki dan tangan tiruan (prostesis) di RSU Surakarta, serta Rumah Sakit Ortopedi dan Yayasan Pemeliharaan Anak-anak Cacat.

    Suharo menghembuskan napas terakhirnya pada 27 Februari 1971 ketika usianya menginjak 58 tahun.

    Jasadnya disemayamkan di dekat tempat kelahirannya di Kabupaten Boyolali.

    Pada 6 November 1973, Prof. Dr. Suharso dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia. (1) (2)

    Prof. Dr. Soeharso Prof. Dr. Soeharso (pahlawancenter.com)

    Baca: Robert Wolter Mongisidi

    Baca: Maskoen Soemadiredja

  • Pendidikan

  • Pada tahun 1919, Suharso memulai pendidikan dasarnya di Hollandsch Inlandsche School (HIS) atau sekolah zaman penjajahan Belanda di Salatiga.

    Setelah lulus pada 1926, Suharso kemudian melanjutkan sekolahnya ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) atau sekolah menengah pertama zaman Belanda di Yogyakarta.

    Usai menamatkan studinya di MULO, Suharso melanutkan pendidikannya di sekolah Algemene Middelbare atau SMA di Yogyakarta.

    Selama menempuh pendidikan di sekolah-sekolah ini, Suharso juga bergabung dalam gerakan Jong Java yang menumbuhkan minatnya dalam dunia politik dan sains.

    Suharso lalu melanjutkan studinya di Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS) atau sekolah pendidikan dokter pribumi di Surabaya.

    Selama bersekolah di sana, ia juga menjadi tertarik pada masalah budaya, sehingga ia mendirikan organisasi budaya Jawa bernama Siwa Matoyo.

    Setelah lulus dari NIAS pada 1939 dan resmi menjadi seorang dokter, Suharso mulai bekerja di rumah sakit pusat di Surabaya.

    Tetapi, berhubung posisi dokter pribumi yang patuh terhadap Hindia, ia lalu dikirim untuk bekerja ke posisi yang kurang diinginkan di Hindia Belanda bagian Timur.

    Mulanya ia dipindahkan ke Kabupaten Sambas, namun akhirnya diubah menjadi Kabupaten Ketapang. (2)

    Baca: Jong Java (Tri Koro Dharmo)

    Baca: Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo)

    Selama masa pendudukan Jepang yang dimulai pada 1942, Suharso melarikan diri dari rumah sakit dan kembali ke Jawa, di mana ia mulai bekerja di rumah sakit di Surakarta.

    Namun, karena keintelektualannya, Suharso pun menjadi sasaran Jepang sebagai bagian dari taktik kependudukan mereka.

    Jepang pun berusaha melakukan pemerasan terhadap Suharso agar ia mau kembali bekerja di rumah sakit di sana.

    Usai proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 1945, Suharso masih bekerja di rumah sakit Surakarta selama beberapa waktu.

    Selama waktu inilah, ia mulai meneliti teknik medis untuk rehabilitasi para korban perang.

    Kala itu, satu-satunya tempat di Jawa untuk mendapatkan prostesis atau alat kesehatan adalah di Bandung.

    Ia pun mulai merekrut orang untuk membuat kaki palsu serta mulai mengembangkan teknik untuk merehabilitasi cidera dan mendirikan pusat rehabilitasi. (2)

    Baca: Kiai Haji Noer Ali

    Baca: Sutan Mohammad Amin Nasution

    Karena berbagai usaha telah ia lakukan untuk meningkatkan kualitas dalam dunia medis di tanah air, Suharo mendapat perhatian serta dukungan dari pemerintah Indonesia yang baru saja merdeka.

    Pada 1950, ia diberi dana khusus untuk melakukan perjalanan ke Inggris untuk meneliti Ortopedi dan prostetik di tingkat yang lebih tinggi.

    Setelah kembali ke Indonesia, Suharso mulai mempraktikkan teknik produksi prostetik yang lebih unggul daripada sebelumnya.

    Pada 1954, Ia bersama seorang ahli prostetik asal Jerman mencoba untuk memodernisasi teknik mereka sekali lagi.

    Masih di tahun yang sama, anggota Angkatan Bersenjata diberi dana bantuan dan Pusat rehabilitasi Suharso pun ditempatkan di bawah Departemen Sosial.

    Sebuah fasilitas baru khusus untuk anak-anak atau Yayasan Pemeliharaan Anak-anak Cacat juga didirikan.

    Pada tahun 1960-an, Suharso terus memperluas perannya untuk membangun dukungan nasional bagi penyandang disabilitas Indonesia yang tidak dapat mengakses pelayanan tersebut.

    Pada 1962, ia mendirikan Yayasan Pembina Olah Rage Penderita Cacat, disusul dengan mendirikan Yayasan Balai Penampungan Penderita Paraplegia di Surakarta pada 1967. (2)

    Baca: Revolusi Nasional Indonesia

  • Penghargaan

  • Berikut adalah berbagai penghargaan yang pernah diraih Prof. Dr. Suharso atas jasa-jasa yang telah ia lakukan untuk bangsa Indonesia.

    • Tahun 1954 : World Rehabilitation Prize oleh World Veteran Federation.

    • Tahun 1956 : Fellow of The International College of Surgeons.

    • Tahun 1958 : Penghargaan IDI pada Muktamar VII.

    • Tahun 1961 : Bintang Satya Lencana Pembangunan.

    • Tahun 1961 : Bintang Satya Lencana Kebaktian Sosial.

    • Tahun 1968 : Bintang Mahaputra Kelas III.

    • Tahun 1969 : Albert Marry Lasker Award, Untuk Prof. Dr. R. Soeharso dan Nyoya.

    • Tahun 1969 : Warga Kehormatan daerah Provinsi Jawa Tengah.

    • Tahun 1969 : Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Kedokteran dari Universitas Airlangga.

    • Tahun 1969 : University Of California, sebagai Qualified Instruktor Clinical.

    • Tahun 1970 : Penghargaan dari People To People Program Committee For Handicapped, Amerika Serikat.

    • Tahun 1974 : Pahlawan Nasional Indonesia. (1)

    Baca: Otto Iskandar Di Nata

    Baca: Machmud Singgirei Rumagesan

    [embedded content]

    (TribunnewsWiki.com/Septiarani)

    Related Posts

    0 Response to "Prof Dr Suharso"

    Post a Comment